Coding II : Mati Misterius di Papua
Oleh : Jhon Gobai
Mati misterius
adalah penggabungan dua kata yang non predikat atau frasa. Mati Misterius
dijelaskan secara harfiah yakni mati tanpa sebab-akibat. Atau sulit dijelaskan.
Atau sangat rahasia. Nah, Mati Misterius yang sering terjadi di Papua, sangat
sulit diidentifikasi oleh siapa pun di Papua. Mau Polda Papua, Dewan Perwakilan
(Pemerintahan Kolonial) Rakyat Papua, Rumah sakit, serta lembaga apa pun.
Sepanjang ini saya belum baca data hasil teliti atau indentikasi kasus “Mati
Misterius” dari lembaga mana pun. Artinya, benar kata Solemat Itlay (dalam
artikelnya yang dipubliskan di situs thepapuan.blogspot.com) bahwa orang papua punya
struktur pola kematian, yakni mati misterius. Hanya Tuhan yang tahu. Orang
Papua dikagetkan dengan tabrak lari, penemuan tubu manusia dalam keadaan mati
dimana-mana. Meraka yang memakai kacamata “bim salabim” sajalah mampu melihat.
“Mati
Misterius” menurut Soleman Itlay (baca di thepapuan.blogspot.com) adalah kematian bagi
orang Papua yang diakibatkan karena, pertama, persitiwa tabrak lari. Tabrak
lari sering terjdi di Papua. Peristiwa ini bisa terjadi siang dan malam.
Metodenya, entah sengaja atau tak sengaja, ada penabrak dan ada pula tertabrak.
Ceritanya pelaku, bisa saja, datang dari depan dan dari belakang. Kemudian
disenggol atau ditabrak, kemudian pelaku melarikan diri. Rata-rata, dari setiap
peristiwa, informasi yang beredar di Media social (fesbuk, tweeter, instagram,
dll.), gambar/foto menujukan bahwa orang Papua selalu menjadi korba. Sepanjang
ini belum pernah ada non Papua atau elit Papua Papua yang menjadi korban.
Pelaku tabrak
lari tak mampu di ungkapkan oleh pihak yang berwajib, dalam hal ini
Polisi—walau pos-pos penjagaan (TNI maupun Polisi jaraknya berdekatan)—hanya
menjadi tangisan dan duka keluarga korban dan kesaksian hati bagi makluk
pemilik tanah West Papua, Rakyat Bangsa Papua Barat.
Kedua adalah
Mati karena dibunuh. Berita di fesbuk, pada 15 Oktober 2017 (oh, iya, setelah
semua media sirkulasi informasi tentang papua dihekc oleh Kemenkominfo RI,
satu-satunya media sumber berita/info tentang Papua adalah Fesbuk. Maka, Negara
Kolonial Indonesia mau bilang HOX tentang sumber coding saya, juga trapapa. Itu
Versi Anda) ramai berbagai, berkomenter soal seorang Pemuda, Alexs Sambon, yang
ditemukan dalam kondisi tak bernyata di Perumnas 3, Waena, Jayapura Papua.
Foto/gambar yang bererdar, Alex terlentang dalam keadaan tak berpakaian.
Kemudian, ada luka memar di bagian telinga (masih terlihat sisah-sisah darah)
dan tanda kemerahan di bagian dada dan bahu (sepertinya tubuhnya bersentuhan
dengan benda lain. Benda tersebut memiliki kecepatan dan tekanan lebih dari
rata-rata.) Alexs dibawa ke Rs. Bayangkara (entah untuk otopsi atau mau
diapakan. Karena sampai detik ini belum ada informasi hasil otopsi dari media
tentang kematian Alex).
Kasus serupa
itu sering terjadi. Sudah menjadi biasa saja bagi orang Papua. Namanya juga
mati misterius. Biasa mati. Mati tanpa sebab-akibat. Polisi pun tak mampu
menangani kasus-kasus seperti ini. Walau pun, setiap tahun ada penambahan
Militer (TNI/Polri) ke Papua. Kalau Inteling aktivitas pejuang keadilan manusia
Papua, aktivis, kerjanya 24 jam (siang dan malam). Bikin pos penjagaan Polisi
sangat berdekatan. Struktur Barisan Inteligen berlapis-lapis sampai didalam
selimut rumah. Tapi untuk selidiki kasus “mati Misterius”, sulitnya minta ampun
bagi mereka. Namanya juga Mati Misterius.
Beda halnya
dengan Lembaga kehatan, mulai dari Mentri sampai dengan Dinas Kesehatan yang
beraktivitas dilapangan melayani masyarakat yang sakitnya penuh misterius. Hal
ketiga adalah kematian misterius karena sakit misterius. Misalnya Kematian 48
Orang di Yahukimo; Kematian 27 Bayi dan Anak di Kabupaten Nduga karena diserang
virus mematikan. Atau kematian 56 anak di Deiyai karena diserang serampa. Atau
74 anak yang meninggal di Nduga pada tahun 2015.
Pihak Lembaga
kesehatan hanya mampu mengungkapkan bahwa kematian karena virus mematikan, atau
serampa, atau karena pengaruh pola hidup, dan sebagainya. Berhenti sampai
disitu. Tak pernah ada upaya penanganan untuk mencegah agar Manusia Papua
selamat/tak mati diatas lumbung emas.
Hal lain,
misalnya, kasus kematian karena penyakit HIV/AIDS. Setiap tahun dinas kesehatan
dan lembaga atau DINAS terkait hanya mampu menunjukan data statistic jumlah
penderita di Papua. Tapi sampai hari ini belum pernah menjelaskan penyakit itu
darimana? Bila dari Africa, bagaimana ceritanya bisa sampai di Indonesia; dan
dalam data statistic, Papua rengking pertama dari banyaknya penderita.
Penyebarannya lebih cepat.
Diatas ini
adalah realita “Mati Misterius di Papua. Mengapa itu bisa terjadi, sekali lagi
hanya Tuhan yang tahu, dan mungkin orang yang menggunakan cata mata “Bim
salabim” sajalah yang mampu melihat dan mengungkapkan dalam katamatanya.
Kok, bisa?
Lalu, bagimana orang Papua bisa membuktikan hal tersebut adalah bagian dari
Penjajahan (Genosida)? Bersambung di coretan Dinding ( Coretan dinding) III.@06/10/2017







Tidak ada komentar:
Posting Komentar